Kabareskrim: Panggilan Kedua untuk Edy Mulyadi Akan Disertai Perintah Membawa
Keterangan Gambar : Kuasa hukum Edy Mulyadi, Herman Kadir di Lobi Bareskrim Polri, Jakarta, Jumat (18/1/2022).
JAKARTA - Kepala Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri, Komjen Agus
Andrianto mengatakan, tim penyidik akan segera melayangkan surat
pemanggilan kedua kepada Edy Mulyadi terkait dugaan kasus ujaran kebencian.
Komjen Agus menegaskan, surat panggilan kedua akan disertai perintah untuk
membawa Edy Mulyadi hadir dalam pemeriksaan.
"Panggilan ke dua dengan perintah membawa.
Silakan aja ikuti mekanisme pengidikan yang sedang berjalan," kata Agus
saat dikonfirmasi Kompas.com, Jumat (28/1/2022). Menurut Agus, hal itu sudah dikoordinasikan tim penyidik.
Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
Pasal 112 ayat (2) berbunyi, "Orang yang dipanggil wajib datang kepada
penyidik dan jika ia tidak datang, penyidik memanggil sekali lagi, dengan
perintah kepada petugas untuk membawa kepadanya".
Selanjutnya, Pasal 113 menyatakan, jika seorang
tersangka atau saksi yang dipanggil memberi alasan yang patut dan wajar bahwa
ia tidak dapat datang kepada penyidik yang melakukan pemeriksaan, penyidik itu
datang ke tempat kediamannya.
"Direktur Siber kan sudah buat rencana
penyidikan. Penyidik ada mekanismenya," ujarnya. Agus menambahkan, jika
ada pihak yang keberatan dengan keputusan penyidik, para pihak dapat menempuh
lewat jalur pra-peradilan (prapid).
Ia menekankan, mangkirnya Edy dari pemanggilan
pertama penyidik tidak membuat Edy lepas dari proses hukum yang sedang
berlangsung. "Kalau enggak pas ya silakan aja tempuh jalur prapid,"
ujar dia.
Edy Mulyadi, yang mengaku sebagai wartawan senior,
pada Jumat pagi tadi tidak hadir dalam jadwal pemeriksaan sebagai saksi di
Bareksrim Polri terkait kasus dugaan ujaran kebencian. Kuas hukum Edy, yaitu
Herman Kadir mengatakan, Edy tidak datang antara lain karena pemanggilan kepada
kliennya tidak sesuai dengan aturan KUHAP.
"Hari ini beliau dipanggil tepatnya jam 10. kebetulan Pak Edy Mulyadi tidak bisa hadir hari ini, ada halangan," kata, Herman Kadir di Bareskrim Mabes Polri. Kasus dugaan ujaran kebencian itu berawal saat Edy menyampaikan pernyataan terbuka yang menolak pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan Timur. Saat itu, dia menyebut wilayah yang akan dijadikan ibu kota negara baru sebagai “tempat jin buang anak”. Edy Mulyadi menyebutkan, lahan ibu kota negara (IKN) baru tak strategis dan tidak cocok untuk berinvestasi.
"Bisa memahami enggak, ini ada tempat
elite punya sendiri yang harganya mahal punya gedung sendirian, lalu dijual
pindah ke tempat jin buang anak," ujar Edy dalam video di kanal YouTube
Mimbar Tube. Tudingan ujaran kebencian Berbagai kalangan di Kalimantan tidak
terima wilayah mereka disebut sebagai “tempat jin buang anak”.
Sejumlah pihak kemudian melaporkan Edy ke
polisi dengan tuduhan telah melakukan ujaran kebencian Edy juga menyebutkan
bahwa Menteri Pertahanan sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto
seperti "macan yang jadi mengeong".
Sejumlah kader Partai Gerindrra kemudian melaporkan Edy juga ke polisi. Edy telah meminta maaf dan membuat klarifikasi. Ia menjelaskan bahwa frasa “tempat jin buang anak” merupakan istilah untuk tempat yang jauh.
Sumber: Kompas.com
Kirim Komentar